Sabtu, 30 November 2019

HEMATOLOGI (KIMIA MEDISINAL)


HEMATOLOGI
DEFENISI
Hematologi adalah ilmu yang mempelajari tentang darah,organ pembentukan darah, jaringan pembentuk darah serta kelainan-kelainan  yang timbul darinya.  Darah merupakan komponen asensial makhluk hidup mulai dari binatang primitif sampai manusia. Dalam keadaan fisiologik darah,darah selalu dalam pembuluh darah sehingga  dapat menjalankan fugsinya sebagai pembawa oksigen,mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi dan mekanisme hemostatis. Darah terdiri dari beberapa jenis korpuskula yang membentuk 45% bagian dari darah. Bagian 55% yang lain berupa cairan kekuningan yang membentuk medium cairan darah yang disebut plasma darah. (Pearce, 2006).  
Terdapat dua komponen dalam profil darah yaitu profil hematologi dan profil kimia darah. Profil hematologi meliputi profil eritrosit (jumlah eritrosit, kadar hemoglobin, dan persentase hematokrit), profil leukosit (jumlah total leukosit, jumlah neutrofil, jumlah limfosit, dan mixed (gabungan jumlah monosit, eosinofil, dan basofil), dan profil trombosit (jumlah trombosit) (Fitria dan Sarto, 2014).

PEMBAGIAN HEMATOLOGI
Menurut Frandson(1993)secara umum, hematologi dibagi menjadi 3 bagian , antara lain:
1.   Eritrosit merupakan sel cakram tak berinti berbentuk bikonkaf dengan pinggiran sirkuler yang tebalnya sekitar 1,5 µm dan pusatnya tipis. Cakram tersebut memiliki permukaan yang relatif luas untuk pertukaran oksigen melintasi membran sel. Eritrosit berfungsi dalam penyediaan oksigen untuk kebutuhan energi dalam rangka metabolisme karena adanya hemoglobin.Hemoglobin merupakan protein majemuk, terdiri atas protein sederhana (globin) dan heme. Hemoglobin berfungsi untuk mengangkut oksigen dari kedua paru-paru ke jaringan tubuh dan mengangkut karbondioksida dari jaringan tubuh ke kedua paru-paru.
2.   Leukosit Leukosit merupakan sel darah yang memiliki inti. Leukosit memiliki ukuran sel yang lebih besar, tetapi jumlah yang lebih sedikit dibandingkan dengan eritrosit. Leukosit berfungsi sebagai sistem pertahanan tubuh terhadap agen infeksi yang cepat dan kuat.
3.   Trombosit merupakan komponen sel darah yang tidak memiliki nukleus.Trombosit memiliki bentuk cakram bikonveks,berdiameter 2-4 µm dan memiliki volume 7-8 fL. Trombosit memiliki selubung eksternal yang banyak mengandung glikoprotein yang berfungsi sebagai reseptor dan berfungsi juga dalam hemostasis.


KELAINAN HEMATOLOGI
    Menurut Corwin(2010),kelainan dari hematologi adalah sebagai berikut:
1.   Eritrosit
Ø  Mikrositosis Keadaan dimana diameter rata rata dari sel eritrosit 8,5µ dengan tebal rata rata 2,3µ. Biasanya makrositosis dapat ditemukan pada pasien anemi megaloblastik, anemi pada kehamian, dan anemi karena malnutrition.
Ø  Makrositosis Keadaan dimana diameter rata rata dari sel eritrosit >8,5µ dengan tebal rata rata 2,3µ. Biasanya makrositosis dapat ditemukan pada pasien anemi megaloblastik, anemi pada kehamian, dan anemi karena malnutrition.
Ø  Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa eritrosit (red cell mass) sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer (penurunan oxygen carrying capacity).
2.   Trombosit
Ø  Trombositopenia adalah penurunan jumlah trombosit dalam sirkulasi darah
Ø  Trombositosis adalah peningkatan jumlah trombosit dalam sirkulasi darah
3.   Leukosit
Ø  Leukositosis adalah terjadinya peningkatan jumlah leukosit dapat ditandai dengan ditemukannya selsel leukosit imatur (bergeser ke kiri). Peningkatan jumlah leukosit dapat disebabkan oleh keadaan inflamasi
Ø  Leukopenia adalah penurunan jumlah sel darah. Leukopenia menyebabkan individu menjadi rentan terhadap infeksi.

PEMERIKSAAN HEMATOLOGI
Menurut Gandasoebrata (2010),pemeriksaan hematologi dapat menggunakan antikoagulan. Antikoagulan  digunakan untuk mencegah pembekuan darah dengan jalan menghambat pembentukan atau menghambat fungsi beberapa faktor pembekuan darah. Atas dasar ini antikoagulan diperlukan untuk mencegah terbentuk dan meluasnya trombus dan emboli, maupun untuk mencegah bekunya darah in vitro. Pada trombus yang sudah terbentuk, antikoagulan hanya mencegah membesarnya trombus dan mengurangi kemungkinan terjadinya emboli, tetapi tidak memperkecil trombus,adapun struktur kimia dari antikoagulan adalah:
Image result for antikoagulan
a.    Pemeriksaan Hematologi yang Menggunakan Antikoagulan EDTA
-Penentuan kadar Hb
-Penentuan Hematokrit
-Penentuan Laju Endap Darah (LED)
-Penentuan Resisitensi osmotik darah
-Penentuan golongan darah
-Perhitungan sel-sel darah, termasuk retikulosit
-Pembuatan apusan darah
b.   Pemeriksaan Hematologi yang Menggunakan Antikoagulan Heparin
-Penentuan hemoglobin
-Penentuan hematokrit
-Penentuan resistensi osmotik
-Penghitungan sel-sel darah
-Penentuan golongan darah
-Transfusi darah

PERMASALAHAN
1.    Bagaimana perubahan sistem hematologi pada wanita hamil?
2.    Bagaimana mekanisme kerja dari antikoagulan EDTA?
3.    Bagaimana efek samping utama dari penggunaan heparin sebagai antikoagulan?

DAFTAR PUSTAKA
Corwin, E.J. 2009.Buku saku patofisiologi, EGC, Jakarta.
Fitria, L., dan M. Sarto. 2014. Profil Hematologi Tikus (Rattus norvegicus
Berkenhout, 1769) Galur Wistar Jantan dan Betina Umur 4, 6, dan 8
Minggu. Jurnal Ilmiah Biologi. 2 (2): 94-100.
Frandson, R.D. 1993. Anatomi dan Fisiologi Ternak,Gadjah Mada University
Press,Yogyakarta.
Gandasoebrata, R. 2010. Penuntun laboratorium Klinik Edisi 16,Dian
Rakyat,Jakarta.
Pearce, E. C. 2006.Anatomi dan Fisiologis Untuk Para Medis Cetakan Kedua
Puluh Sembilan,Gramedia,Jakarta.



Jumat, 29 November 2019

ANALGETIKA (KIMIA MEDISINAL)


ANALGETIKA
DEFENISI
Analgetika atau obat penghalang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran (perbedaan dengan anestetika umum). Nyeri menjadi salah satu alasan utama seseorang datang untuk mencari pertolongan medis karena sebagian besar penyakit pada tubuh menimbulkan rasa nyeri. Pada dasarnya nyeri merupakan keadaan yang mengganggu dan tidak nyaman bagi penderitanya, namun nyeri dapat digunakan sebagai tanda adanya kerusakan jaringan, diantaranya nyeri kutan yang bersifat membakar dan lambat hilang dengan pembebasan prostaglandin sebagai mediator spesifik untuk nyeri yang belangsung lama. Nyeri yang disebabkan oleh rangsangan mekanis, kimiawi atau fisis (kalor, listrik) dapat menimbulkan kerusakan pada jaringan. Rangsangan tersebut memicu pelepasan zat-zat tertentu yang disebut mediator nyeri, antara lain: histamin, bradikidin, leukotrien dan prostaglandin (Octavianus et al.,2014).
Nyeri merupakan salah satu penyakit yang prevalensinya meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Diperkirakan satu dari lima orang dewasa mengalami nyeri dan setiap tahunnya satu dari sepuluh orang mengalami nyeri kronik. Studi tentang prevalensi nyeri kronik di Inggris menyatakan bahwa 61% pria dan 54% wanita mengalami nyeri kronik berat. Agar intensitas nyeri berkurang, maka dapat diberikan obat analgesik. Obat analgesik adalah obat yang dapat mengurangi nyeri tanpa menyebabkan hilangnya kesadaran. Kombinasi obat yang berasal dari golongan yang berbeda dapat memberikan efek analgesik dengan dosis yang lebih rendah, sehingga dapat mengurangi efek samping penggunaan obat (Hapsari dan Nugroho,2016).

MEKANISME KERJA
Mekanisme umum dari obat-obatan golongan ini adalah dengan cara mengeblok biosintesis prostaglandin dengan cara menginhibisi enzim COX sehingga mencegah sensitisasi reseptor rasa sakit oleh mediator-mediator rasa sakit.Atau menghambat proses pembentukan prostaglandin dapat dilakukan dengan menghambat enzim COX atau pembentukan asam arakhidonat yang pada akhirnya dapat mempengaruhi sintesis prostaglandin sebagai mediator rasa nyeri dan inflamasi (Kee dan Hayes,1996).

PENGGOLONGAN ANALGETIK
          Menurut Tjay dan Rahardja ( 2007), obat analgesik dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
1. Analgesik Non-opioid  merupakan obat yang dapat mengurangi rasa nyeri dan bekerja di perifer sehingga tidak mempengaruhi kesadaran serta tidak menimbulkan ketergantungan. Obat ini dapat mengurangi gejala nyeri ringan sampai nyeri sedang. Mekanisme aksi obat golongan ini adalah menghambat kerja enzim siklooksigenase (COX) sehingga proses pembentukan asam arakhidonat menjadi prostaglandin terhambat. Selain sebagai obat penghilang nyeri, obat ini juga dapat mengurangi peradangan (inflamasi) dan menurunkan demam (antipiretik). Contohnya adalah asam salisilat,dengan struktur sebagai berikut:
                                                             
               Image result for struktur asam salisilat
2. Analgesik Opioid merupakan obat yang bekerja di reseptor opioid pada sistem saraf pusat (SSP). Obat ini diberikan untuk mengatasi nyeri sedang sampai nyeri berat sesuai dengan kekuatan dari nyeri yang dirasakan dan kekuatan dari obat tersebut. Obat ini bekerja pada SSP secara selektif sehingga dapat mempengaruhi kesadaran dan menimbulkan ketergantungan jika dikonsumsi dalam jangka panjang. Mekanisme obat ini yaitu mengaktivasi reseptor opioid pada SSP untuk mengurangi rasa nyeri. Contohnya adalah morfin,adapun strukturnya adalah sebagai berikut:
                 
            Image result for STRUKTUR MORFIN
    
                              
Image result for STRUKTUR MORFIN                            

Hubungan struktur aktivitas morfin adalah sebagai berikut:
a.  Metilasi gugus fenolik OH dari morfin akan mengakibatkan penurunan aktivitas analgesik secara drastis
b.  Penutupan atau penghilangan gugus alkohol tidak akan menimbulkan penurunan efek analgesik
c.   Cincin aromatik memegang peranan penting dimana jika senyawa tidak memiliki cincin aromatik tidak akan menghasilkan aktivitas analgesik.
d. Pemecahan jembatan eter antara C4 dan C5 akan munurunkan aktivitas.  
e.  Penghilangan jembatan oksigen memberikan serangkaian senyawa yang disebut morphinan yang memiliki aktivitas analgesik yang bermanfaat. 

PERMASALAHAN
1.   Bagaimana aktivitas dari analgetik golongan opioid yaitu morfin jika pada strukturnya gugus N-metil digantikan oleh proton(NH)?
2.   Bagaimanakah cara menentukan farmakofor pada setiap obat analgetik ?
3. Bagaimana  interaksi obat analgetik dengan obat lain ataupun dengan makanan?


DAFTAR PUSTAKA
Hapsari,I.A dan T.E.Nugroho.2016.Pengaruh Pemberian Analgasik Kombinasi Parasetamol
Dan Tramadol Terhadap Kadar Ureum Serum Tikus Wistar.Jurnal Kedokteran Diponegoro.5(4):2540-8844.
J.L.Kee dan E.R.Hayes. 1996. Farmakologi:Pendekatan Proses Keperawatan,EGC,Jakarta.
Octavianus,S.,Fatmawati dan W.A.Lolo.2014.Uji Efek Analgetik Ekstrak Etanol Daun
Pepaya (Carica papaya L)Pada Mencit Putih Jantan(Mus muscullus).Jurnal Ilmiah Farmasi.3(2):2302-2493.
Tjay,T.H dan K.Rahardja.2007.Obat-Obat Penting,Gramedia,Jakarta.


Rabu, 20 November 2019

ANTIKONVULSI (KIMIA MEDISINAL)


ANTIKONVULSI
DEFINISI
Antikonvulsi (anti kejang) digunakan untuk mencegah dan mengobati bangkitan epilepsi (epileptic seizure) dan bangkitan non-epilepsi. Antikonvulsi juga digunakan mengatasi kejang bukan epilepsi. Antikonvulsi merupakan golongan obat yang sering digunakan pada kasus-kasus kejang karena epileptik (Gunawan,2016).
Epilepsi,merupakan suatu serangan proksimal berulang dengan interval lebih dari 24 jam tanpa penyebab yang pasti. Serangan kejang pada epilepsi disebabkan oleh muatan listrik abnormal dari neuron- neuron serebral dan ditandai dengan hilangnya atau terganggunya kesadaran dan biasanya disertai dengan kejang(reaksi motorik abnormal). Obat- obat yang dipakai untuk serangan kejang epilepsi disebut sebangai antikonvulsi atau antiepilepsi. Obat- obat antikonvulsi menekan impuls listrik abnormal dari pusat serangan kejang ke daerah korteks lainnya sehingga mencegah serangan kejang tetapi tidak menghilangkan penyebab serangan kejang (Kee, 1996).

MEKANISME KERJA
            Menurut Husna dan Kurniawan (2017),mekanisme kerja obat anti konvulsi berprinsip bekerja untuk menghambat proses penyebaran kejang dan menghambat inihiasi,adapun mekanismenya adalah sebagai berikut:
1. Modulasi voltage-gated ion channels, termasuk natrium(Na+),kalsium(Ca+)dan  kalium(k)
2.Peningkatan inhibisi GABA melalui efek pada reseptor GABA-A, transporter GAT-1   GABA,  atau GABA transaminase
3.Modulasi langsung terhadap pelepasan sinaptik
4.Inhibisi sinap eksitasi melalui reseptor glutamat ionotropik termasuk reseptor AMPA


PENGGOLONGAN OBAT
            Menurut Ganiswarna (1995),golongan obat dari anti epilepsi adalah sebagai berikut:
a.    Golongan hidantoin pada golongan ini terdapat 3 senyawa yaitu Fenitoin,  mefentoin dan etotoin, dari ketiga jenis itu yang sering digunakan adalah Fenitoin.
b. Golongan barbiturat golongan obat ini sebagai hipnotik-sedatif dan efektif sebagai antikonvulsi yang sering digunakan adalah barbiturat kerja lama (Long Acting Barbiturates). Jenis obat golongan ini antara lain fenobarbital dan primidon, kedua obat ini dapat menekan letupan di fokus epilepsi
Image result for barbiturat
c.       Golongan oksazolidindion salah satu jenis obatnya adalah trimetadion yang
mempunyai efek memperkuat depresi pasca transmisi sehingga transmisi impuls berurutan dihambat.
Image result for oksazolidindion
d.  Golongan suksinimida obat yang sering digunakan di klinik adalah jenis etosuksimid, metsuksimid dan fensuksimid yang mempunyai efek sama dengan trimetadion.
e.   Golongan karbamazepin Obat ini efektif terhadap bangkitan parsial komplek dan bangkitan tonik klonik
f.     Golongan benzodiazepin Salah satu jenisnya adalah diazepam, disamping sebagai
anti konvulsi juga mempunyai efek antiansietas dan merupakan obat pilihan untuk status epileptikus.
Image result for benzodiazepin
g.      Obat - obat generasi kedua Vigabatrin, lamotrigin, gabapentin, felbamat, tiagabin,
topiramat dan zonisamida

PERMASALAHAN
1. Bagaimana efek samping dan cara mengatasi efek samping dari obat antikonvulsi?
2. Pada golongan obat antikonvulsi ini ada golongan barbiturat,bagaimana hubungan struktur dan  
    aktivitas turunan barbiturat?
3. Bagaimana interaksi  kelompok obat antikonvulsi?

DAFTAR PUSTAKA
Ganiswarna,S.1995.Farmakologi Dan Terapi Edisi 4,Bagian Farmakologi FKUI,Jakarta.
Gunawan,S.G.2016.Farmakologi Dan Terapi Edisi 6, Departemen Farmakologi dan   
             Terapeutik FKUI,Jakarta.
Husna,M dan S.N.Kurniawan.2017.Mekanisme Kerja Obat Anti Epilepsi Secara
             Biomolekuler. Jurnal biomoleculer. 4(1):38-45.
Kee,J.1996. Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan,EGC,Jakarta.

ANTIHISTAMIN (KIMIA MEDISINAL)


ANTIHISTAMIN
DEFINISI ANTIHISTAMIN
            Antihistamin (antagonis histamin) adalah zat yang dapat mengurangi atau menghalangi efek histamin terhadap tubuh dengan jalan memblokir reseptor histamin. Histamin merupakan derivat amin dengan berat molekul rendah yang diproduksi dari L-histidine. Ada empat jenis reseptor histamin, namun yang dikenal secara luas hanya reseptor histamin H1 dan H2. Reseptor H1 ditemukan pada neuron, otot polos, epitel dan endotelium. Reseptor H2 ditemukan pada sel parietal mukosa lambung, otot polos, epitelium, endotelium, dan jantung. Sementara reseptor H3 dan H4 ditemukan dalam jumlah yang terbatas. Reseptor H3 terutama ditemukan pada neuron histaminergik, dan reseptor H4 ditemukan pada sum-sum tulan  g dan sel hematopoitik perifer(Sari dan Yenny,2018).
Image result for anti histamin

MEKANISME KERJA ANTIHISTAMIN
Histamin bekerja  dalam menghilangkan gejala-gejala alergi dengan menduduki reseptor tertentu pada sel yang terdapat pada permukaan membran. Disini didapatkan 3 jenis reseptor histamin H1,H2 dan H3. Aktivitas reseptor H1 terdapat pada endotel dan sel otot polos,menyebabakan kontraksi otot polos,meningkatkan permeabilitas pembuluh darah dan sekresi mukus,serta sebagian dari efek tersebut mungkin diperantai oleh peningkatan cyclic guanosine monophosphate(cGMP) didalam sel. Reseptor H2 didapatkan pada mukosa lambung,sel otot jantung dan beberapa sel imun, yang menyebabkan sekresi asam lambung dan menurunkan cMGP. Reseptor H3 didapatkan dibeberapa daerah di otak mengurangi pelepasan transmite histamin,di kulit juga terdapat reseptor H3 yang merupakan autoreseptor, mengatur pelepasan dan sintesis histamin. Namun,peranan dalam menimbulkan gatal dan inflamasi masih belum jelas (Gunawan,2016).

PENGELOMPOKAN ANTIHISTAMIN
          Menurut Siswandono(2016),pengelompokan antihistamin adalah sebagai berikut:
1.   Antagonis-H1
      Antagonis-H1 sering pula disebut antihistamin klasik atau antihistamin-H1,adalah senyawa yang dalam kadar rendah dapat menghambat secara bersaing kerja histamin pada jaringan yang mengandung reseptor H1. Diklinik digunakan untuk mengurangi gejala alergi,selain itu juga sebagai anti emetik,anti mabuk,anti  parkinson,anti batuk,sedatif,anti psikotik dan anestesi setempat. 
2.  Antagonis H2
Antagonis-H2 adalah senyawa secara bersaing interaksi histamin dengan reseptor H2 sehingga dapat menghambat sekresi lambung
3.  Antagonis-H3 
Sampai sekarang belum digunakan untuk pengobatan, masih dalam lebih lanjut dan kemungkinan berguna dalam pengaturan kardiovaskular, pengobatan alergi dan kelainan mental.

PERMASALAHAN
1. Bagaimana efek samping dari antihistamin?
2. Bagaimana kontra indikasi  antihistamin pada antagonis H1 dan antagonis H2 ?
3. Bagaimana obat dari antihistamin bekerja untuk mengobati reaksi alergi ?

DAFTAR PUSTAKA
Gunawan,S.2016.Farmakologi Dan Terapi Edisi 6, Departemen Farmakologi dan  
             Terapeutik FKUI,Jakarta.
Sari,F dan S.W.Yenny.2018.Antihistamin Terbaru Dibidang Dermatologi.Jurnal Kesehatan
Andalas.7(4).
Siswandono.2016.Kimia Medisinal Edisi Kedua,Airlangga University Press,Surabaya.